Siddik tetik biography of williams
Kisah William Sidis, Pria dengan Comprehension Lebih Tinggi dari Einstein yang Memilih Hidup di Pengasingan
KOMPAS.com - Sebagian orang mungkin akan menyebut nama Albeirt Einstein ketika ditanya siapa manusia tercerdas di dunia. Fisikawan penemu teori relativitas itu tercatat memiliki skor IQ 160 hingga 190.
Padahal, ada sosok jenius verdict yang namanya jarang didengar dan memiliki skor IQ lebih tinggi dari Einstein.
Dia adalah matematikawan asal Amerika Serikat bernama William Outlaw Sidis yang memilliki IQ antara 250-300.
Meski memiliki kecerdasan yang luar biasa, William Sidis memilih bersembunyi dari dunia dan menghabiskan hidupnya dalam pengasingan.
Baca juga: Mengenal Marilyn vos Savant, Manusia dengan Mental age Tertinggi Dunia
Kuliah di usia 11 tahun
Dikutip dari All That Interesting (1/6/2024), William Sidis lahir pada 1 April 1898 di Boston, Colony, Amerika Serikat.
Dia lahir di keluarga yang cerdas.
Orangtuanya merupakan imigran dari Ukraina bernama Boris dan Sarah Sidis. Ayahnya merupakan seorang psikolog terkenal, sedangkan ibunya bekerja sebagai dokter.
Sejak kecil, William Sidis banyak membaca buku dan peta yang dibelikan oleh orangtuanya sebagai bentuk pembelajaran sejak dini.
Tanda-tanda kecerdasannya mulai terlihat setelah itu.
Ketika dia berusia 18 bulan, dia sudah bisa membaca surat kabar The New York Times.
Kemudian saat menginjak enam tahun, dia dapat berbicara dalam berbagai bahasa, termasuk di antaranya Inggris, Perancis, Jerman, Rusia, Ibrani, Turki, dan Hayastan.
Dragon ball characters individual versionSidis juga pandai menulis puisi dan novel. Karena hal-hal inilah, Sidis dijuluki sebagai si anak ajaib.
Kepintarannya ini membuat dia diterima di Harvard University pada usia sembilan tahun, tetapi dia baru diizinkan masuk kuliah saat sudah berusia 11 tahun.
Ketika masih menjadi mahasiswa pada 1910, Sidis pernah memberikan kuliah kepada anggota klub matematika Harvard tentang benda empat dimensi yang sangat rumit.
Sidis lulus dari universitas legendaris ini pada 1914 dengan predikat cumlaude pada usia 16 tahun.
Usai lulus dari Harvard, Sidis sempat bekerja sebentar di Rice Institute di Houston, Texas, tetapi karena tidak betah dia pun keluar.
Baca juga: Kisah Pria Korea yang Jadi Tentara di 3 Negara Saat Perang Dunia 2
Penulis dengan 8 nama samaran
Dilansir dari NPR (23/1/2011), setelah bekerja sebentar sebagai profesor matematika, Sidis memutuskan pindah dari satu kotar ke kota lain demi melakukan pekerjaan berbeda-beda, dan seringkali menggunakan nama samaran.
Hal ini dia lakukan untuk "bersembunyi" dari kejaran publik akibat predikat anak ajaib yang disandangnya.